Kamis, 06 Mei 2010

Prolog yang hilang

Di kediamanku kini, seakan semua bergerak tanpa batas…kadang kekiri dan langsung ke kanan tanpa aba aba.

Dan semua terasa asing..janggal dan kadang panas.

Sementara kedinamisan itu sirna di luaran sana, semua hening tak berkata...diam...dan seolah tatapan dingin setiap orang menjadi satu satu nya bahasa...bahasa ketidakpedulian.

Lalu..kutertidur tanpa sadar nya (masih dalam kediamanku)

Pagi menyapa, tapi tetap tanpa kata....kuharap hanya sementara.

Dan seperti pagi pagi sebelumnya..kubiarkan cahaya mengintip, hanya mengintip dari jendela. Tapi tak seperti biasanya, pagi itu sangat bisu..semua diam, seolah angin pun hanya ingin berbisik pelan sekali...

Dengan sedikiti ketidakpedulianku, aku melangkah

Satu dua langkah terbilang...3, 4 dan seterusnya...masih bisu

Seolah kata tak berani diungkap, bahkan mungkin komunikasi punah...aku masih tetap pada jumlah tak terbilang dalam langkah...

Sekarang aku benar benar dalam tahap muak..semua diam, semua menatap tapi tak berkata...apa maksudnya?? Apa makna nya?

Sekarang aku tak mau diam...aku butuh komunikasi..aku butuh kepedulian, dan aku butuh prolog...prolog untuk menjelaskan makna dari kata...menjelaskan maksud dari keinginan..sekarang, aku butuh kata kata...

Tatapan itu selalu menyiratkan inti dari kata, dan aku butuh prolog

Karena tatap tanpa kata terkadang salah

Lalu aku memutuskan kembali ke kediamanku, sampai ada orang yang tak hanya memberikan kebisuan dalam tatap...tapi juga prolog.